Yang jelas, saat ini saya belum bisa disebut penulis. Tidak ada tulisan yang telah saya buat. Tidak ada buku yang telah saya terbitkan. Juga tidak ada karya ilmiah yang saya hasilkan. Semua terjadi karena saya selalu saja berfikir bahwa menjadi penulis itu bukan pekerjaan mudah. Banyak syarat yang harus dipenuhi. Banyak pengalaman yang harus digali. Banyak ilmu yang harus dimiliki. Penulis itu dalam benak saya adalah rujukan. Penulis harus dapat memberi solusi pasti. Penulis harus mampu mengungkapkan sebuah realita yang jelas dan berbobot. Penulis harus dapat membawa pembaca ke arah yang benar. Penulis tentu saja harus memberikan informasi lebih untuk dapat diterima oleh semua golongan pembaca. Karena semua pakem itulah, saya selalu enggan untuk meluangkan waktu untuk menuliskan sesuatu—walaupun saya pernah juga keranjingan menulis dalam buku harian.
Apakah Saya Dapat Menjadi Penulis?
Tentu saja, ada beberapa pertanyaan yang mesti Anda jawab ketika memberikan pertanyaan di atas. Ya, pertanyaan akan saya jawab dengan pertanyaan lagi. Mari kita coba!
Pertanyaan pertama, Apakah Anda punya bahasa ketika berbicara dengan orang lain?
Pertanyaan kedua, Apakah Anda dapat menulis huruf dalam media sederhana seperti kertas?
Pertanyaan ketiga, Apakah Anda memiliki pikiran dan hati yang selalu bekerja untuk menganalisa sesuatu dan mempertimbangkan suatu masalah atau perkara?
Pertanyaan keempat, Apakah Anda punya masalah yang memerlukan jalan keluar?
Pertanyaan kelima, Apakah Anda punya pengalaman hidup?
Semuanya bergantung pada Anda sendiri. Karena modal utama itu sebenarnya sudah Anda miliki.
Model Pertama adalah bahasa. Saya tidak dapat membayangkan jika Anda tidak memiliki bahasa. Tentu saja kita tidak bisa berkumpul dengan orang lain untuk bicara. Hal ini dapat saja terjadi ketika Anda berada di lingkungan dengan bahasa yang berbeda. Namun, tetap saja kondisi akan berbicara lain, ketika Anda sebagai manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa bantuan orang lain. Anda pasti akan mencoba untuk mempelajari bahasa orang tersebut. Mungkin kita awalnya mencari orang untuk menterjemahkan bahasa tersebut, atau dengan cara apapun. Intinya adalah, Anda tidak dapat hidup tanpa komunikasi. Anda pernah menonton film I’m the Legent? Dalam film tersebut, diceritakan orang yang hidup sendiri di tengah kota yang semua penduduknya musnah karena virus. Dalam film tersebut, digambarkan bagaimana komunikasi menjadi bagian yang tidak terpisahkan dari sebuah kehidupan.
Modal kedua setelah pertanyaan pertama terjawab adalah modal menuliskan huruf. Saat ini, buta huruf di negara kita dapat dikatakan hampir hilang. Semua orang dapat membaca. Hanya segelintir orang yang jauh dari peradaban saja yang tidak dapat membaca dan menulis. Orang yang dapat membaca pasti bisa menulis, juga sebaliknya orang yang dapat menulis sudah pasti dapat membaca. Tidak mungkin keluar sebuah pertanyaan “Apakah saya dapat menjadi seorang Penulis?” jika Anda tidak dapat menulis dan membaca. Karena tujuan menulis adalah dibaca. Itu konsep dasarnya.
Modal ketiga setelah pertanyaan kedua terjawab adalah modal pemikiran dan perasaan. Saya sangat bersyukur, manusia (seperti Anda dan saya) diciptakan secara sempurna. Kita hidup di dunia ini telah dibekali dengan dua software luar biasa yang tidak ada bandingannya, yaitu Otak untuk berfikir dan hati untuk mempertimbangkan. Dengan kedua perangkat itulah kita dapat hidup dalam kondisi apapun. Tentu saja, kemampuan bekerja Otak dan Hati beda antara satu manusia dengan yang lainnya. Ada yang maksimal dapat mempekerjakan otaknya, dan ada yang sedikit memanfaatkan keberadaannya. Peradaban dibuat dan dibangun karena adanya perangkat otak dalam tubuh manusia. Cara bekerja otakpun luar biasa. Para Ilmuwan sampai saat ini tidak pernah berhenti untuk meneliti fungsi dan kemampuan otak supaya bisa memberikan kontribusi bagi kehidupan. Sebagai gambaran saja, saat ini orang baru mengerti bahwa daya kerja otak tidak hanya mempengaruhi diri sendiri, tetapi bahkan bisa memberikan sinyal-sinyal kepada orang lain dengan luas yang tidak berbatas. Otak bisa mengendalikan dunia. Selain otak, manusia dilengkapi dengan perangkat hati. Fungsi dari hati adalah merasakan dan mempertimbangkan sesuatu kemudian menghasilkan sikap yang sering kita sebut dengan emosi. Dengan bantuan hatilah, sikap seseorang berbeda atau sama satu dengan yang lainnya. Kita tentu pernah atau sering bertemu dengan seseorang yang baik, ramah, pemarah, pemurung, atau periang. Hatilah yang menciptakan kondisi sikap seseorang. Bahasan Otak dan Hati, tentu bukan bahasan yang singkat. Saya tidak dapat memaparkan secara gamblang dalam tulisan ini. Intinya saja, bahwa Otak dan Hati merupakan modal kita untuk menjadi penulis.
Modal keempat adalah adanya Masalah. Mulai dari ketika kita dilahirkan sampai saat ini Anda membaca tulisan saya, tidak ada manusia yang luput dari yang namaya Masalah. Seringkali, masalah diidentikan dengan persoalan. Masalah merupakan penghadang, penghalang, atau sandungan saat kita hidup. Masalah timbul bisa disebabkan oleh kita sendiri atau disebabkan oleh orang lain. Masalah seringkali terjadi karena kita bergesekan hidup dengan yang lain. Saya berpendapat, masalah bisa saja menjadi persoalan atau tidak, karena antara masalah dan persoalan harus dibedakan. Masalah adalah kondisi negatif yang tidak diharapkan oleh manusia, sedangkan persoalan adalah kondisi negatif yang akan terjadi ketika kita memecahkan atau membereskan masalah. Intinya, saya sangat yakin tidak ada manusia yang luput dari sebuah masalah. Oleh karena itu, modal untuk menulis sudah ada empat dalam diri Anda. Oke, kita lanjutkan.
Pertanyaan selanjutnya yang akan menjadi modal kita untuk menjadi penulis adalah Pengalaman. Untuk pertanyaan ini, saya yakin Anda langsung menjawab, “Saya punya banyak pengalaman, karena saya hidup!” Ya, sekali lagi Anda hidup! Anda mesti memiliki pengalaman atau dengan kata lain, memiliki Kisah. Pengalaman dibentuk dari interaksi kita dengan banyak orang. Bahkan pengalaman dibentuk dari cara pandang kita terhadap masalah. Pengalaman terjadi karena kita mendapatkannya secara langsung, kemudian terekam dalam otak kita untuk disimpan dalam memori pikiran. Pengalaman itu menyangkut banyak hal tentang hidup. Mulai dari pengalaman yang bersifat Positif atau pengalaman yang bersifat Negatif. Positif dan Negatif cenderung dihasilkan oleh pranata sosial dimana kita hidup.
Pengalaman seseorang tidak bergantung pada lama dan sedikitnya kita hidup, tetapi cenderung banyak dan sedikitnya kita berinteraksi sosial dan keberanian kita untuk melakukan sesuatu. Ada orang yang telah lanjut usia, hanya memiliki sedikit pengalaman atau kisah, karena ia tidak memiliki keberanian sosial dan cenderung menutup diri dari interaksi sosial. Ada orang yang masih sangat muda, tetapi telah menimba lautan pengalaman karena keberaniannya untuk berinteraksi sosial. Keberanian seseorang dalam melakukan sesuatu sangat dipengaruhi oleh cara pandang dan cara berfikir seseorang. Pengalaman orang yang memiliki cara berfikir yang sempit akan berbeda dengan pengalaman orang yang memiliki cara berfikir luas. Keberanian seseorang pun dipengaruhi pula oleh cara mempertimbangkan dan merasakan sesuatu. Orang yang banyak pertimbangan akan berbeda dalam pengalaman dengan orang yang sedikit pertimbangan. Intinya, apakah sama orang yang berfikir dengan orang yang tidak berfikir?
-to be continued-
Bandung, 11 Januari 2008.
*Penulis adalah M. Ramdlan Nurrohman, seorang praktisi desain grafis yang belum pernah membuat tulisan apapun di media apapun. Fress Graduate!