Namun, secara teori, saya telah mendapatkan banyak pengetahuan tentang bagaimana membuat sebuah tulisan. Di bangku kuliah—dimana penulis pernah mengecap pendidikan komunikasi di salah satu perguruan tinggi di Bandung—pernah juga diberikan beberapa panduan singkat membuat sebuah tulisan. Kemudian, dalam keseharian, saya punya kebiasaan membaca yang sangat kuat. Bahkan ke toilet pun saya selalu membawa koran, majalah, atau apa saja yang bisa dibaca. Ya, satu kebiasaan bagus yang saya yakini dapat memberikan manfaat lebih. Asyik juga kan, sambil "mengeluarkan", kita dapat "masukan", hi... hi... hi....
Dari pengalaman pribadi sejak 1996 sampai sekarang, saya berdekatan dengan dunia penerbitan, dapat saya simpulkan bahwa kegiatan menulis memiliki dampak yang luarbiasa bagi pelaksananya. Di awal tulisan ini, ingin sekali saya segera mengungkapkan bahwa menulis itu SEHAT! Kesimpulan ini didapatkan karena saya sampai sekarang belum menghasilkan satu karya tulisanpun. Tetapi, karena saya berdekatan dengan para penulis, maka pengalaman mereka lah yang mengatakannya.
Di penerbit Mizan, saya bertemu dengan orang luar biasa bernama mas Hernowo. Telah banyak tulisan beliau yang diterbitkan oleh Mizan. Beliau pernah dalam sebuah diskusi mengatakan “Menulis itu Sehat!” Saya sungguh tidak tertarik saat itu. Yang saya tahu, Sehat itu adalah dimana kondisi tubuh kita mendapatkan keseimbangan dalam asupan makanan, minuman, suplemen, dan mungkin vitamin. Lawan dari kata “Sehat” adalah “Sakit”. Saya sampai detik ini, belum melihat orang menjadi sakit lantaran tidak pernah menulis. Ah... dengan dasar pemikiran apa akhirnya mas Hernowo mengatakan itu? Saya hanya melihat, mas Hernowo itu jika bicara menarik untuk didengarkan. Selalu saja ada bahasan “lain daripada yang lain” keluar dari beliau.
Di kantor, saya punya seorang teman bernama kang Dedi. Beliau lulusan fakultas komunikasi salah satu perguruan tinggi negeri di Bandung. Saat ini, beliau dipercaya untuk mengelola sebuah bidang penerbitan khusus untuk biografi. Dari beliau saya banyak mendapatkan informasi tentang dunia tulis menulis. Tapi, sekali lagi saya tidak melihat beliau menjadi Sehat karena pekerjaannya itu. Hanya saja, yang saya dapat rasakan, dengan beliau pembicaraan tidak pernah berujung. Banyak sekali bahasan-bahasan menarik dapat didiskusikan melalui berbagai obrolan santai.
Ada lagi, saya sering memanggilnya Kakang Prabu. Nama beliau adalah Gunawan Undang. Seorang doktor jebolan Unpad yang saya sudah anggap sebagai kakak sendiri. Beliau termasuk penulis buku. Banyak juga buku yang telah beliau tulis. Terutama memang buku pelajaran sekolah dan bacaan anak. Saya sangat terkesan juga dengan banyaknya artikel yang beliau tulis dapat diterbitkan oleh beberapa surat kabar terkenal Indonesia. Yang melatarbelakangi beliau menulis karena ingin memberikan beberapa argumentasi dan analisis teoritis tentang berbagai masalah sosial di Indonesia. Beliau adalah Doktor dalam bidang sosiologi hukum.
Sewaktu masa sekolah menengah, saya punya kenalan seorang budayawan Indonesia angkatan 66 bernama Rustandi Kartakusumah. Pada zamannya, beliau merupakan salah satu aktivis penulis Indonesia yang konsisten. Karya-karya beliau banyak yang telah diterbitkan. Mulai dari karangan prosa, novel, ataupun tulisan ilmiah. Di rumahnya, kebetulan dekat dengan sekolah, buku menghiasi hampir ¾ isi rumah. Bertebaran dari sudut ke sudut yang lain. Koran-koran berserakan di meja dan di lantai rumah. Pak Rustandi mengatakan bahwa buku adalah istrinya. Ia sangat menyayangi buku melebihi cinta beliau pada dirinya sendiri yang konsisten untuk terus membujang. Saat ini, saya tidak tahu dimana beliau berada.
Akhirnya, saya dapat mengatakan bahwa menulis itu menyehatkan Jiwa kita sebagai manusia. Coba renungkan! Tubuh kita secara fisik memerlukan asupan makanan, minuman, suplemen, bahkan juga vitamin. Setiap hari dan setiap saat. Kita tidak boleh terlambat untuk melakukannya. Karenanya, tubuh menjadi sehat. Tetapi, seringkali kita lupa bahwa element yang ada dalam makhluk yang bernama manusia itu ada dua, yang pertama itu adalah fisik, dan yang satunya adalah Jiwa. Seperti halnya Fisik, jiwa pun memerlukan makan. Nah, makanan untuk jiwa adalah nasihat, pengetahuan, dan kesenangan. Media untuk mendapatkan makanan tersebut diantaranya ada dalam aktivitas berbicara, mendengarkan, menonton, membaca, atau kegiatan yang sedang kita bahas, yaitu menulis.
Menulis, dijadikan sebagai pengganti dari kegiatan berbicara. Sedangkan Membaca dan Menonton merupakan cara lain ketika kita mendengarkan. Semuanya harus kita lakukan, karena jika saja kita tidak melakukan kegiatan tersebut, maka jiwa kita menjadi sakit. Ya.... sakit jiwa!